Kalau bisa kuliah ke luar negeri, kamu mau kuliah ke mana?
Humaira dalam “Berburu Biri-Biri Biru di Selandia Baru” ini pergi berkuliah ke Selandia Baru. Seperti yang tertulils di blurb, Humaira ingin memantaskan diri untuk lelaki yang dia taksir. Namun, petualangannya di negara lain ini justru membuat Humaira menemukan dirinya sendiri.
Begitu mulai, aku pikir buku ini bakal berkisah tentang Humaira yang menemukan cinta di Selandia Baru. Namun, ternyata buku ini lebih fokus pada perkembangan karakter Humaira sebagai manusia. Aspek romance malah sangat minim (bahkan tentang kisah Humaira dan crush-nya).
Buku ini justru lebih dekat dengan detail sehari-hari Humaira sebagai mahasiswi di luar negeri. Nggak sedikit hal detail seperti soal perkuliahan, kurikulum, University of Auckland, hingga kehidupan diaspora (dan minoritas) Humaira di negara orang. Bagiku ceritanya cukup detail dan bisa jadi semacam gambaran buatmu yang ingin berkuliah di luar negeri. Pengalaman Humaira ditulis dengan sangat baik dan terperinci.
Sayangnya tokoh di buku ini banyaaak sekali dan nggak semua punya waktu yang cukup untuk dieksplorasi sama penulis. Beberapa karakter juga terasa agak flat dan stereotipe. Tapi terlepas dari itu, banyak hal baru yang aku ketahui di buku ini khususnya soal Selandia Baru dan Maori. Setelah aku baca-baca, suku Maori ini termasuk ras polinesia, seperti suku di film Moana. Saat ketemu Rangi aku juga membayangkan sosoknya kayak Maui gitu.
Salah satu isu yg dibawa di buku ini soal diskriminasi yg diterima Maori. Lewat kacamata Humaira, kita diajak mengenal kehidupan Maori di Selandia Baru. Judul buku ini juga terinspirasi dari kisah yg diceritakan Humaira ketika bersama Rangi.
Secara keseluruhan, buku ini ditulis dengan baik. Banyak bagian detail soal perkuliahan di luar negeri dan beasiswa yg bermanfaat buatmu yg ingin berkuliah ke luar negeri (apalagi ke Selandia Baru).