“Orang dewasa itu bertanggungjawab atas kebahagiaannya sendiri. Dan kebahagiaan itu nggak boleh berdasarkan imajinasi atau fantasi. Supaya bener-bener hepi, kamu harus menerima realita.”
Waktu pertama kali lihat buku ini wari wiri pas mau terbit aku langsung suka dengan blurb-nya terus aku juga jatuh hati dengan covernya yang warna toska serta judulnya yang cukup wah menurutku. Terus berandai-andai kapan bisa baca buku ini dan akhirnya kesampaian juga.
Resepsi bercerita tentang perjalanan kisah cinta Resi dan Ranu. Mereka kenal ketika SMA di tahun 1996. Khas kisah remaja pada umumnya, Resi tertarik dengan Ranu karena kepribadiannya Ranu yang cepat akrab walau agak gengsi serta Ranu ini juga anak basket. Tapi untuk bersama ada saja halangannya padahal mereka saling suka. Hingga akhirnya ketika Ranu sudah lulus sekolah dan mulai kuliah, kesempatan untuk bersama Resi pun datang. Dan akhirnya mereka pacaran. Tapi, LDR yang mereka jalani tidak berjalan dengan mulus. Ada saja hal-hal yang memicu pertengkaran di antara keduanya. Hubungan on off yang mereka jalani berakhir dengan saling
menyakiti.
Waittt, aku tarik napas dulu—
Baca cerita ini seperti menaburkan garam di atas luka, karena sedikit banyak aku bisa merasakan perasaan si tokoh. Di saat hati benar-benar ingin bersama tapi ada pemicu-pemuci kecil yang jika di diamkan lama-lama menjadi besar. Itu pula yang di alami oleh Resi dan Ranu. Hubungan 12 tahun yang mereka jalani harus berakhir dengan sebuah undangan berwarna toska yang tertulis nama Ranu&Amelia bukan Ranu&Resi. Resi hanya punya waktu satu minggu untuk menyembuhkan hati sebelum datang ke resepsi sang mantan.
Lalu di tengah kemelut hatinya ketika di abaikan Ranu—Arga muncul sebagai tokoh baru yang berhasil mencuri perhatianku dengan segala pemikiran dewasanya. Arga termasuk salah satu karakter favoritku di cerita ini. Dan Ranu adalah karakter yang sangat tidak aku suka karena dia benar-benar pengecut dengan sikapnya bermain dengan dua hati wanita.