Sebelum mengenal Zil, Dee tak pernah jatuh cinta. Bahkan ia adalah gadis yang dengan senang hati memainkan perasaan para pria. Lantas setelah Dee mendapatkan apa yang diinginkannya, dia akan mencampakkan pria itu begitu saja.
Semua berubah sejak pertemuan pertamanya dengan Zil. Dee telah jatuh hati, jatuh sedalam-dalamnya. Masalahnya Zil adalah pacar sahabatnya sendiri.
Dee seperti biasa, selalu mengejar apa yang diinginkannya. Termasuk hingga ke seberang sana, Lorosa’e, Timor Leste yang menjadi tanah kelahiran Zil.
Namun akankah cintanya menemui cinta yang sama? Akankah Dee dan Zil bersatu dan bahagia bersama?
Novel ini ditulis dari berbagai sudut pandang. Mulai dari sudut pandang Dee dan Zil (yang dominan), hingga sudut pandang Kiki, Mona, Kaiman dan Tomas. Tokoh yang dilibatkan pun lumayan banyak, namun itu menjadi sedikit menggangguku.
Narasi dalam novel ini menggunakan bahasa yang puitis. Dialognya menggunakan campuran bahasa baku, bahasa Tetun dan Atambua. Sementara itu, dalam SMS menggunakan bahasa yang “alay”, menjadi sangat kontras dengan narasi dan dialognya. Menurutku akan lebih enak dibaca jika dalam SMS menggunakan bahasa yang sama dengan dialognya.
Selain itu aku cukup terkejut ketika tiba-tiba terjadi perubahan sikap tokoh yang menjadi keras dan tempramen. Bahkan ada bagian tentang kekerasan, kekejaman dan penganiyaan. Namun sampai akhir tidak dijelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa sikap tokoh menjadi berubah drastis.
#30daysreadingchallenge @readingcorner.id (no.absen 034)